Komisi II Sidak ke IKM Sri Kayu Bekas Pasar Mebel Gilingan
SURAKARTA – Komisi II DPRD Kota Surakarta melakukan inspeksi mendadak ke Industri Kecil Menengah (IKM) Sri Kayu, yang sebelumnya dikenal sebagai Pasar Mebel Gilingan. Sidak ini bertujuan untuk memantau perkembangan dan kondisi terkini dari progres Pembangunan Sri Kayu yang menghabiskan anggaran 119 Milyar, Kamis (13/6/2024).
Pembangunan IKM Sri Kayu sendiri menelan total anggaran sebesar 119 miliar rupiah, yang terdiri dari Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik Tahun 2022 sebesar 52 miliar rupiah, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2023 sebesar 35 miliar rupiah, dan DAK Fisik 2024 sebesar 32 miliar rupiah.
Dalam sidak tersebut, Wakil Ketua Komisi II, Roro Indradi Sarwo Indah, turut serta dan melihat langsung pengoperasian mesin serta berkeliling ruangan Sri Kayu yang sudah dilengkapi dengan lift dan eskalator. “Fasilitas yang modern seperti ini sangat penting untuk mendukung efisiensi dan produktivitas industri,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa penggunaan teknologi seperti lift dan eskalator dapat membantu dalam mobilitas bahan baku dan produk jadi, yang pada akhirnya meningkatkan keseluruhan efisiensi operasional.
Kunjungan ini juga menjadi kesempatan bagi para anggota dewan untuk berdialog langsung dengan para konsultan pembangunan dan pengelola IKM Sri Kayu.
“Kami ingin memastikan bahwa IKM Sri Kayu berjalan dengan baik dan tetap mematuhi regulasi yang ada. Industri kecil dan menengah memiliki peran penting dalam perekonomian lokal, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus,” tambahnya.
Sementara itu, Wawanto, Anggota Komisi II, mengungkapkan bahwa IKM Sri Kayu akan difungsikan tidak hanya untuk produksi, tetapi juga untuk pelatihan. “IKM Sri Kayu akan digunakan untuk pelatihan dan produksi mebel atau craft. Ini penting untuk meningkatkan keterampilan para pekerja dan menghasilkan produk yang memiliki daya saing di pasar,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Wawanto menambahkan bahwa masyarakat yang sudah terverifikasi bisa melakukan kegiatan produksi di sini, mulai dari pengeringan kayu hingga produksi. “Selain itu, juga ada ruang pamer atau display dari hasil produksi di IKM Sri Kayu,” tambahnya. Dengan adanya fasilitas ini, diharapkan produk-produk yang dihasilkan dapat lebih dikenal luas oleh masyarakat.
Ia juga menjelaskan bahwa proses pembangunan masih dalam tahap ketiga, yang mencakup berbagai pembenahan dan pemenuhan pembelian mesin. “Harapannya, di akhir tahun ini sudah selesai dan akan beroperasi penuh pada tahun 2025,” katanya saat diwawancarai dalam sidak.
Harapannya ke depan, Pemerintah Kota Surakarta dapat memenuhi kebutuhan ekspor mebel atau craft ke mancanegara. “Kami berharap Pemkot Surakarta bisa mendukung peningkatan kualitas dan kuantitas produksi sehingga mampu memenuhi permintaan pasar internasional,” tutupnya.
Arifin Rochman